YOGYA, Jogjaaja.com - Pekan lalu, nasib tidak mengenakkan dialami seorang anak dengan kebutuhan khusus atau difabel. Ia menjadi korban tindak pencabulan oleh tetangganya sendiri, yang beralamat di Kemantren Tegalrejo, Kota Jogja, DIY.Kini, korban pun masih dalam pendampingan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Jogja, yang mana ia dilaporkan mengalami tekanan mental. Kepala UPT PPA Yogyakarta, Udiyanti Ardini, menjelaskan pendampingan korban sudah dilakukan sejak awal kasus pencabulan anak difabel itu mencuat.“Awalnya, kami dapat laporan dari Sigrak (Satuan Tugas Siap Gerak Atasi Kekerasan) wilayah Tegalrejo, kami bantu bikin laporan verifikasi, visum, sampai psikologis dan konseling hukum,” jelasnya, Rabu (21/9/2022).Kemudian, dilakukanlah proses assesment, yang dijelaskan Udayanti sudah dilaksanakan sebanyak empat kali. Hasilnya, korban didapati mengalami gangguan penyesuaian diri.“Korban mengalami gangguan penyesuaian diri. Kami juga beri bantuan konsultasi hukum ke ibu korban lewat konselor hukum kami,” sambung Udiyanti.Selain itu, dijelaskan pula olehnya, bahwa hasil assesment korban sudah diserahkan ke Polresta Kota Jogja untuk melengkapi pemberkasan perkara. Dalam hasil assesment tersebut, ada rekomendasi untuk segera menangkap pelaku.“Hal itu perlu dan harus dilakukan untuk Untuk memberikan keadilan bagi korban,” jelasnya.Sementara itu, Direktur LSM Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak (SAPDA), Nurul Saadah Andriani, meminta agar pelaku dihukum seberat-beratnya.Menurut Nurul, hukuman berat harus diberikan guna memberi contoh ke masyarakat bahwa perilaku kekerasan seksual, khususnya pada anak difabel, adalah tindakan yang tidak dapat ditoleransi.“Penegakan hukum, dengan memberikan sanksi seberat-beratnya menjadi contoh pada masyarakat, terutama pada pelaku-pelaku lain atau yang hendak melakukan kekerasan seksual pada anak difabel agar kapok dan tak mengulangi kejahatannya,” tegas Nurul, Rabu (21/9/2022).&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/pentas-kesenian-ramaikan-sekaten-2022-catat-tanggal-mainnya">Pentas Kesenian Ramaikan Sekaten 2022, Catat Tanggal Mainnya</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/unik-ada-fesyen-show-di-tengah-resto-kaliurang-berlatar-sunset">Unik, Ada Fesyen Show di Tengah Resto Kaliurang Berlatar Sunset</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/teater-wn-yogya-adakan-konser-sang-penyaksi-zaman-hadirkan-nomo-koeswoyo">Teater WN Yogya Adakan Konser Sang Penyaksi Zaman, Hadirkan Nomo Koeswoyo</a></li></ul>“[Pelaku] bisa dijatuhi pasal berlapis. Bisa di-juncto-kan dengan UU TPKS dan UU Disabilitas, selain UU Perlindungan Anak,” sambung Nurul. (Eff) &nbsp;

woman-gde2dcdae5_1280.jpg

Kemudian, dilakukanlah proses assesment, yang dijelaskan Udayanti sudah dilaksanakan sebanyak empat kali. Hasilnya, korban didapati mengalami gangguan penyesuaian diri.


Anak Difabel Korban Pencabulan di Jogja Alami Gangguan Penyesuaian Diri