BANTUL-Semut rangrang atau Oecophylla Smaragdina biasanya hidup di pepohonan. Mereka selalu bergerombol di alam, termasuk saat mencari makan.
Tapi siapa sangka semut rangrang bisa menjadi pendulang rupiah. Tak heran jika sekarang mulai banyak orang yang membudidayakan semut rangrang ini.
Salah satunya adalah Suryadi, warga Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, DIY. Sejak tahun 2013, Suryadi mulai serius menggeluti usaha budidaya semut rangrang ini.
&ldquo;Semut rangrang ini bisa menghasilkan telur berupa campuran larva dan pupa yang biasa disebut kroto. Nah, kroto ini biasa dicari sebagai makanan tambahan burung dan umpan ikan,&rdquo; kata Suryadi.
Kroto merupakan makanan kesukaan berbagai jenis burung diantaranya Murai Batu, Kacer, Cucak Ijo. Menurut Suryadi, kroto bisa meningkatkan birahi dan stamina burung, terutama untuk burung-burung &lsquo;gantangan&rsquo;.
<img src="/uploads/image/image/1606916546770.jpeg" alt="" />
Untuk membudidayakan kroto, Suryadi membeli koloni-koloni semut rangrang. Ia juga membuat rak untuk meletakkan toples-toples yang diisi semut rangrang. Proses panen kroto biasanya berlangsung dalam rentang waktu 20-25 hari.
Suryadi menyadari peminat kroto cukup tinggi. Selain &lsquo;getok tular&rsquo;, ia juga memasarkan kroto melalui media sosial.
&ldquo;Pengiriman kroto ini tidak hanya di Jogja saja. Tetapi juga sampai ke luar daerah seperti Ambon, Sumatera, Jawa Timur, dan berbagai daerah lain,&rdquo; tuturnya.
Satu kilogram kroto dibanderol dengan harga Rp300.000. Dalam sebulan, Suryadi rata-rata bisa menjual hingga 20 kilogram per bulan. (*)
&nbsp;

Budidaya Semut Kroto, Suryadi Raup Omset Jutaan Rupiah 

BANTUL-Semut rangrang atau Oecophylla Smaragdina biasanya hidup di pepohonan. Mereka selalu bergerombol di alam, termasuk saat mencari makan.