YOGYA, Jogjaaja.com - Beberapa tahun terakhir film genre multiverse semakin banyak digemari oleh masyarakat.Film bergenre multiverse yang terbaru ialah Film Everything Everywhere All At Once.Berbeda dari Doctor Strange in The Multiverse of Madness, film Everything Everywhere All At Once memberi gambaran multiverse yang jauh lebih menarik.Menceritakan seorang warga Amerika keturunan China bernama Evelyn Wang (Yeoh), ia adalah seorang pebisnis laundy yang dikelola bersama suaminya Waymond (Huy Quan).Pada suatu ketika tiba-tiba masalah datang secara bersamaan, mulai dari usaha laundy yang diaudit oleh kantor pajak (IRS), sang suami yang ingin menceraikannya, datangnya sang ayah (Hong) dari kampung halaman, hingga sang putri yang butuh pengakuan sang ibu terhadap pacar perempuannya yang bernama Becky.Dalam situasi yang memusingkan ini mendadak Evelyn didatangi versi lain dari Waymond yang mengaku dari semesta (timeline) yang berbeda. Ia membutuhkan bantuan Evelyn untuk melawan sosok jahat bernama Jobu Tupaki yang akan menghancurkan semesta.Evelyn yawalnya merasa tidak percaya dengan semua yang dikatakan orang tersebut, hingga ia bertemu dengan dirinya pada semesta yang berbeda.Film Everything Everywhere All At Once nampaknya benar-benar ingin menunjukan sesuatu yang berbeda dari film multiverse lainnya.Hal ini nampak pada keberhasilan pengesplorasian tema-tema berat yang ada pada film seperti ekstensualisme, nihilisme, kebebasan berkehendak, keseimbangan semstra, dan cinta.Hebatnya meskipun memiliki tema yang tergolong berat pesan yang terkandung dalam film ini tetap disajikan dengan sederhana dan mudah dipahami. Everything Everywhere All At Once sendiri telah membuat gebrakan baru dengan kisah emosional dan penggambaran multiversenya yang liar, hingga tidak mengherankan jika film ini menjadi film sci-fi terbaik pada tahun ini versi Letterboxd (platform media sosial untuk penggemar film. Keberhasilan film Everything Everywhere All At Once mebambah panjang prestasi The Daniels dalam mengeksekusi film setelah sebelumnya mereka juga meraih kesuksesan dari film drama absurd Swiss Army Man (2016).<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/tambah-rute-pelita-air-siap-terbangi-yogyakarta">Tambah Rute, Pelita Air Siap Terbangi Yogyakarta</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/dugaan-korupsi-dirut-merpati-nusantara-airlines-dilaporkan-ke-kpk">Dugaan Korupsi, Dirut Merpati Nusantara Airlines Dilaporkan Ke KPK</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/fasad-pasar-beringharjo-dicat-putih-tulang">Fasad Pasar Beringharjo Dicat Putih Tulang</a></li></ul>Film ini sendiri dibintangi oleh Michelle Yeoh, Stephanies Hsu, Ke Huy Quan, James Hong, dan Hamie Lee Curtis, dengan budget sebesar USD 25 juta. (MG-01)&nbsp;

Screenshot_2022-05-30-19-27-44-60.jpg

Berbeda dari Doctor Strange in The Multiverse of Madness, film Everything Everywhere All At Once memberi gambaran multiverse yang jauh lebih menarik. 

Everything Everywhere All at Once, Film Genre Multiverse Kalahkan Doctor Strange?