YOGYA, Jogjaaja.com - Gerakan Mbah Dirjo atau mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja di masyarakat diklaim berhasil mengurangi sampah sebanyak 30 ton per hari. Masyarakat diimbangi untuk terus menggalakkan program ini guna mengatasi masalah sampah di Yogyakarta.“Kalau masyarakat semua melaksanakan ini, Insya Allah sampah organik akan selesai di tingkat hulu sehingga beban yang harus dibuang ke Piyungan akan semakin berkurang," kata Penjabat Walikota Yogyakarta, Singgih Raharjo, Senin (14/8/2023).Baru-baru ini pihaknya memberikan contoh gerakan Mbah Dirjo dengan metode biolos yakni gabungan biopori dan losida di RT 16 Kampung Celeban Kelurahan Tahunan Umbulharjo. Menurut Singgih, biolos memiliki kelebihan karena saat memanen kompos hasil olah sampah organik tinggal menarik pipa paralon di bagian dalam.Meski demikian metode biolos itu hanya salah satu contoh pengolahan sampah organik. Masyarakat bisa memilih, menggunakan metode lain seperti biopori, ember tumpuk dan lodong sisa dapur untuk mengolah sampah organik.“Sekarang ini karena TPA Piyungan tutup kita harus mengelola dengan baik sehingga sampah organik yang selama ini diresidukan dititipkan ke penggerobak atau depo, sekarang kita harus pilah dan diolah bisa juga dengan biopori ember tumpuk dan losida,” tambah Singgih. &nbsp;Singgih menegaskan sejak awal Januari 2023, Kota Yogyakarta juga memiliki gerakan zero sampah anorganik. Gerakan itu sukses menurunkan volume sampah di Kota Yogyakarta dari sekitar 300 ton/hari menjadi 200 ton/hari sejak 6 bulan lalu. Singgih menyebut gerakan Mbah Dirjo untuk mengelola sampah organik yang dicanangkan dua minggu lalu sudah mengurangi volume sampah sampai sekitar 30 ton/hari.Sementara itu Ketua RT 16 Kampung Celeban Suratim menyambut baik program Mbah Dirjo dan fasilitasi 2 unit biolos tersebut. Dia mengaku selama masa darurat sampah. Sebagian warga mulai mengelola sampah secara mandiri. Salah satunya dengan membuat lubang, ember tupuk dan losida. Bantuan 2 unit biolos itu akan ditanam di lahan salah satu warga dan bisa digunakan bersama.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/samakan-persepsi-terkait-deforestasi-ri-dan-uni-eropa-bentuk-gugus-tugas">Samakan Persepsi Terkait Deforestasi, RI dan Uni Eropa Bentuk Gugus Tugas</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/palsukan-jumlah-pengguna-investor-go-to-gugat-startup-irl">Palsukan Jumlah Pengguna, Investor GoTo Gugat Startup IRL</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/resmi-diluncurkan-begini-kecanggihan-oppo-reno-10-series-5-g">Resmi Diluncurkan, Begini Kecanggihan OPPO Reno10 Series 5G</a></li></ul>“Dengan adanya program ini tentunya sangat sangat bermanfaat sekali. Kita antusias menyambut apa program ini. Selama ini ada yang dikelola secara mandiri seperti ember tumpuk dan losida, tapi memang sulit untuk memanennya dibandingkan biolos,” tutur Suratim. (Anz)

mbah dirjo.jpeg

  Foto: Penjabat Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo saat mempraktekkan metode biolos untuk mengolah sampah organik.

YOGYA, Jogjaaja.com - Gerakan Mbah Dirjo atau mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja di masyarakat diklaim berhasil mengurangi sampah sebanyak 30 t

Gerakan Mbah Dirjo Diklaim Berhasil Kurangi Sampah 30 Ton