Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal di Kabupaten Sleman berpeluang untuk terus meningkatkan produksinya. Pasalnya, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil menengah (Dinkop UKM) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pengusaha hotel untuk memakai produk lokal hasil olahan pelaku UMKM.
Peluang ini terungkap dalam acara Temu Usaha Kemitaan UMKM Bidang Makanan dan Minuman dengan Usaha Hotel di Omah Kecebong, Sleman, Senin (9/12/2019).
&ldquo;Misalnya, untuk sajian snack dan &lsquo;welcome drink&rsquo;, sebaiknya mengambil dari UMKM Sleman. Kalau tidak ada baru mengambil dari kabupaten dan kota lain. Silakan diexplore sesuatu yang khas Sleman,&rdquo; ujar Kepala Dinkop UKM Kabupaten Sleman, Pustopo seperti dilansir dari Antara.
Menurut Pustopo, kemitraan yang terjalin antara hotel dan UMKM akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Hotel dapat memberikan sajian khas Sleman, sedangkan UMKM dapat memasarkan produknya.
&ldquo;Kerja sama tidak serta merta harus dipaksakan. Tetapi UMKM-nya juga harus meningkatkan diri, menyesuaikan dengan standar hotel,&rdquo; imbuhnya.
Untuk menumbuhkan dan melindungi usaha mikro menjadi usaha yang tangguh, maju, mandiri, dan berdaya saing, Pemerintah Kabupaten Sleman menerbitkan Perda Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro.
&ldquo;Pasal 11 dalam Perda ini mencantumkan bahwa dalam rangka perlindungan aspek pemasaran, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan hotel bintang empat, wajib menampung produk dan menyediakan ruang usaha bagi pelaku usaha mikro,&rdquo; katanya.
Kebijakan ini mendapat dukungan dari para perwakilan manajeman hotel yang hadir. Executive Assistant Manager Hotel Grand Keysha Sleman Didik Priyo menyatakan kebijakan itu sangat positif.
&ldquo;Kami memakai jamu tradisional sebagai sajian sejak tahun ini. Kami juga mengambil bakpia dari UMKM kecil di Sleman, untuk dijadikan sajian welcome. Semoga kemitraan ini bisa berkelanjutan dengan baik,&rdquo; ujarnya.
Menurutnya, salah satu hal penting yang ditekankan adalah konsistensi UMKM dalam memasuk produknya ke hotel.
Salah satu pelaku UMKM yang hadir, Puri Handayani dari Griya Olah Salak, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi sangat mendukung kebijakan ini. Puri berharap produknya bisa diambil oleh hotel-hotel yang ada di Sleman.
&ldquo;Semoga kami bisa menjalin kerja sama dengan hotel dan sektor pariwisata, agar produk kami jugabisa masuk ke showroom mereka,&rdquo; harapnya.
Puri dan rekan-rekannya di Griya Olah Salak saat ini memproduksi beragam produk kuliner berbahan baku salak pondoh yang dikenal sebagai buah khas Sleman. Buah salak ini diolah menjadi bakpia, geplak, campuran bumbu pepes, rendang, manisan, wajik, dan madumongso.
Untuk bakpia, Griya Omah Salak saat ini memproduksi 350 kotak dalam sebulan, dengan isi 15 buah perkotaknya.
Namun, sebagai pelaku usaha kecil rumahan dengan modal terbatas, Puri mengaku kesulitan jika harus menggunakan sistem konsinyasi (jual titip). &ldquo;Saat ini kai baru bisa menjual dengan sistem bayar tunai atau minimal dengan panjar,&rdquo; tutupnya.
&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;

Temu Usaha Kemitaan UMKM Bidang Makanan dan Minuman dengan Usaha Hotel di Omah Kecebong, Sleman, Senin (9/12/2019). 

Hotel di Sleman Diminta Pakai Produk Lokal Olahan UMKM 

Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal di Kabupaten Sleman berpeluang untuk terus meningkatkan produksinya. Pasalnya, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil menengah (Dinkop UKM) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pengusaha hotel untuk memakai produk lokal hasil olahan pelaku UMKM.