
Kandhange Rica: Resto di Yogyakarta yang Tumbuh Saat Pandemi
YOGYA, Jogjaaja.com - Dalam keadaan baik-baik saja, kita biasanya menjalani hidup dengan santai dan tidak merasakan apa-apa. Mengalir dan hanya rutinitas belaka. Namun, di saat kepepet atau dalam keadaan genting, otak kita justru bekerja lebih baik dan kreatif.
Inilah yang dialami Sri Hartini atau yang biasa dipanggil Bu Tin dengan Kandhange Rica. Staf keuangan di Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) ini berhasil menjalankan usaha kuliner dengan menu andalan Entok Rica di saat pandemi.
- Smpai September Pertumbuhan Kredit Bank Tembus 8,96 Persen
- Kisah Perjuangan Adenanta Putra Meraih Juara Supersport 600cc CBR Series
- Rupiah Ambrol Sejak Awal 2023, Ini Tanggapan OJK
- Rheza Danica, Pebalap Asal Yogyakarta Juara Nasional Mandalika Racing Series
Ia memulai usaha kulinernya berawal dari kegabutan tingkat tinggi saat pandemi tahun 2020 lalu, ketika kampus tempat dia bekerja memberlakukan lockdown selama tiga minggu.
“Setelah dua minggu di rumah tidak ada yang bisa dilakukan, saya merasa jenuh. Akhirnya saya inisiatif untuk berjualan,” ungkapnya Selasa (31/10/2023).
Adalah salah satu keponakan Bu Tin yang membuka jalan dirinya bisa terjun ke dunia usaha kuliner. Sang keponakan adalah lulusan S2 dari Korea Selatan. Dia bercerita bahwa mantan TKI di Korea memiliki komunitas di Yogyakarta, dan kebanyakan kemudian beralih menjadi pengusaha.
Nah, saat pandemi Covid-19 lalu mereka yang berusaha di bidang peternakan ayam broiler/negeri mengalami kesulitan untuk menyalurkan produksi ayam mereka. Penyebabnya restoran yang biasa menerima pasokan ayam pada tutup.
“Keponakan saya bilang begini: ‘bulik (tante-red) kan banyak grup WA (whatsapp) minta bantuan dong jual atau tawarkan ayam ke grup-grup yang ada itu cukup balik modal aja. Waktu itu ayam seekor itu cuma Rp9 ribu saja. Saya akhirnya bantu jualin ayam itu, saya posting gambar ingkung atau daging ayam mentah utuh itu dan sambutannya bagus,” tutur Bu Tin.
Jualan lewat grup WA lancar, Bu Tin kemudian merambah masuk ke perumahan-perumahan di sekitar tempat tinggalnya. Lagi, lagi dagangan daging ayamnya laris manis.
Lantas bagaimana akhirnya Bu Tin mulai berjualan rica-rica? “Suatu saat salah satu pelanggan saya bilang, ‘bu mbok jual yang matang juga to’. Waktu itu daging ayamnya saya olah tongseng. Dua hari kemudian dia minta dibikinin lagi tapi lebih pedas dari sebelumnya. Kalau gitu saya masak bumbu rica-rica ya,” katanya kepada pemesan. Dan, cocok. Tidak berhenti di situ ternyata. Permintaan pelanggan yang terus berubah justru mengantarkan Bu Tin kemudian menemukan menu andalan yang akhirnya menjadi trade mark usaha kulinernya. Entok Rica-Rica. Bahkan jadi nama kedai makannya, Kandhange Rica.
“Setelah puas beberapa kali rica-rica ayam broiler, ibu itu, pelanggan yang sama, minta dimasakin pake ayam kampung, ibu itu pula yang kemudian mengusulkan pake entok,” papar Bu Tin. “Setelah 2 minggu ibu itu bilang bahwa dari semua bahan, entok adalah yang paling pas dimsak rica-rica,” imbuhnya.
Begitulah akhirnya, di samping melayani pemesanan daging ayam, Bu Tin juga melayani pemesanan masakan rica-rica dengan tiga pilihan: ayam broiler, ayam kampung, atau entok.
Setelah kampus mulai kembali offline, Bu Tin mulai memposting masakan rica-rica nya kepada teman-teman dosen, maupun karyawan. Sambutannya pun cukup menggembirakan. “Kalau para dosen pesannya per ekor, staf atau karyawan mintanya per pak sekali makan. Di situlah saya harus berpikir ulang lagi untuk bisa menentukan harga satu paket nasi rica-rica. Kalau per ekor kan gampang tinggal berapa kilo ketemu harganya,” katanya.
Jadi dalam 2 tahun pandemi Bu Tin menjalani usaha kuliner entok rica-ricanya secara online. Melihat perkembangan usaha kulinernya cukup menjanjikan akhirnya ia memutuskan untuk membuka kedai makan. Lagi-lagi ide datang dari sang keponakan. “Bulik mbok buka tempat tongkrongan yang jual per porsi. Jadi ini bukan usaha yang terencana, semuanya mengalir begitu saja sejak Covid-19 merebak tahun 2020 itu, hingga akhirnya Januari 2022 saya buka warung ini,” katanya.
Awal-awal buka warung atau resto, Bu Tin lebih banyak menerima pesanan untuk acara seperti arisan, pertemuan di kantor, rapat, dan sebagainya. “Waktu itu pas omicron lagi marak-maraknya saya buka warung. Bagusnya karena saya memasak berdasarkan pesanan, tidak ada risiko sedikitpun. Tinggal memberikan pilihan tingkat kepedasan saja. Tidak pedas, agak pedas, dan pedas,” jelasnya.
Kandhange Rica buka dari jam 09.00 pagi hingga pukul 20.00 malam. “Tapi kalau ada tetangga datang meski dalam proses tutup saya layani,” ujarnya seraya tersenyum.
Untuk orderan makan sebuah acara berapapun anggarannya ia tetap menerima tinggal disesuaikan paket per orangnya. “Semua dilayani meski anggarannya minim bisa disesuaikan misalnya ayamnya broiler, kalau ayam kampung atau entok yang tentu lebih besar anggarannya,” ucapnya.
- Merugikan, Asosiasi Petani Tolak Aturan Tembakau dalam RPP Kesehatan
- Seniman Bali Raih Penghargaan UOB Painting of the Year 2023 Indonesia
- Segera Re-branding Ceremony, Loman Park Hotel Yogyakarta Siap Terima Tamu
“Kadang 20 ribu per pak sudah dapat minum, snack, dan nasi rica (ayam broiler), karena rombongan jadi dapat lah,” katanya.(Anz)