YOGYA, Jogjaaja.com - Salah seorang pendiri Google, Sergey Brin tengah membangun suatu proyek yaitu mengembangkan kapal udara.Perusahaan risetnya, Lighter Than Air (LTA) bahkan telah mempersiapkan peluncuran riset baru tahun ini.Ratusan engineer kedirgantaraan dipekerjakan oleh Sergey Brin di Silicon Valley dan sebuah lokasi di Akron, Ohio, AS, yang terkenal dengan kapal udara Goodyear-nya untuk mewujudkan mimpinya ini.Rencananya pembangunan kapal udara ini akan digunakan sebagai misi kemanusiaan untuk daerah terpencil atau rawan bencana.Menurut Perusahaan miliarder LTA Research and Exploration transportasi itu akan dibangun sepanjang 200 meter yang ditenagai oleh bahan bakar hidrogen.Awalnya Sergey Brin ingin membuat 'kapal pesiar udara' yang mewah untuk kebutuhan pribadi, tapi akhirnya dia memutuskan untuk membangun 'kapal apung' untuk bantuan kemanusiaan sebagai pesawat tanpa emisi.Dikutip dari Gizchina, Senin (6/6), LTA didirikan pada 2014. Selanjutnya, Sergey Brin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai eksekutif di Alphabet, perusahaan induk Google, pada 2019.LTA sendiri bermarkas di Moffet Airport ,San Francisco Bay Area. Lokasi ini adalah sebuah fasilitas yang dimiliki oleh NASA dan disewakan ke LTA. Lokasi kantor LTA jaraknya lumayan dekat dengan kantor Google.Dilansir dari berbagai sumber, kapal udara ini nantinya akan menjadi yang paling besar di dunia yang menghabiskan biaya hingga USD 150 juta atau Rp 2,1 triliun.Sedangkan kekayaan bersih Brin saat ini berada di sekitar USD 86 miliar. Pembangunan Pathfinder 1 terinspirasi dari Zeppelin, pesawat yang terkenal pada tahun 1930-an dengan panjang 245 meter. Tapi, Zeppelin terbakar pada tahun 1837.Menurut TechChrunch komponen di area penumpang kapal Brin memang sama dengan Zeppelin, tapi prototipenya menggunakan helium yang tak mudah terbakar kemudian dengan sel bahan bakar hidrogen yang mampu menempuh jarak hampir 1.000 mil."Dari segi fungsionalitas, tak ada larangan untuk menggunakan sel bahan bakar hidrogen," kata Profesor Dr Josef.Lebih lanjut Profesor Dr. Josef menyebut bahwa tantangan dalam membuat kapal ini adalah menemukan seseorang yang mampu untuk tidak melihat bisnis.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/makna-5-lambang-sila-dalam-pancasila-sebagai-dasar-negara-yang-wajib-dietahui">Makna 5 Lambang Sila dalam Pancasila sebagai Dasar Negara yang Wajib Diketahui</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/siapa-masih-ingat-inilah-butir-butir-pancasila-selengkapnya">Siapa Masih Ingat? Inilah Butir-Butir Pancasila Selengkapnya</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/jarang-diketahui-ternyata-i-gusti-bagus-sugriwa-pencetus-istilah-pancasila">Jarang Diketahui, Ternyata I Gusti Bagus Sugriwa Pencetus Istilah Pancasila</a></li></ul>Sebab, menurutnya itu tidak akan berhasil dalam perspektif ekonomi, mungkin hanya Sergey Brin mampu melakukan itu. &nbsp;(Eff) &nbsp;

Screenshot_2022-06-07-21-45-09-83.jpg

Awalnya Sergey Brin ingin membuat 'kapal pesiar udara' yang mewah untuk kebutuhan pribadi, tapi akhirnya dia memutuskan untuk membangun 'kapal apung' untuk bantuan kemanusiaan sebagai pesawat tanpa emisi.

Kapal Udara Bertenaga Listrik Jadi Misi Kemanusiaan Sergey Brin