YOGYA, Jogjaaja.com Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat adanya peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di awal tahun 2024 ini.Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY Setiyo Harini mengatakan kenaikan kasus DBD itu disebabkan karena curah hujan dan cuaca yang berubah ubah di awal tahun 2024 ini. Namun tak hanya itu saja menurutnya peningkatan kasus itu juga bisa terjadi karena masyarakat sudah lupa dan sudah lama kasusnya itu turun. Sehingga mereka harus kembali diingatkan.Menurut catatan yang masuk di Dinkes DIY sampai di bulan Maret ini terhitung sangat signifikan peningkatan kasus DBD itu. Misal seperti di Kabupaten Kulonprogo sudah ada 34 kasus, Bantul 76, Kota Joga 45, Sleman 56, Gunung Kidul 311 kasus."Memang dari itu semua ada beberapa Kabupaten yang juga menghitung tidak hanya demam berdarah saja. Tapi juga Demam Dengue yang tidak masuk kategori berdarah tapi juga terhitung. Sebab itu untuk kewaspadaan semua harus dihitung," jelas Rini, Selasa (26/3/2024).Menurut Rini presentasi kenaikan kasus DBD saat ini lumayan naik dari tahun 2023. Dan jika dilihat sampai dengan bulan Maret ini bisa dihitung dari tahun lalu ada yang dua kali lipat sampai tiga kali lipat peningkatanya."Tapi harapan kami dengan adanya peningkatan ini tetap bisa terkendali. Dan itu bisa jadi pemicu semua kalangan untuk disarankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M," tegasnya.Rini menjelaskan seperti kasus yang terjadi di Kota Jogja dan Kulonprogo itu dari pengelola programnya mengeklaim itu semua masih landai atau terkendali. Sebab sampai saat ini tidak ada kasus kematian dan masih terkendali atau kasusnya tidak ada keparahan.Sementara seperti di Kabupaten Sleman yang memiliki kasus lumayan banyak dan di Kabupaten Gunung Kidul ada yang meninggal dua. Maka hal itu patut diwaspadai bersama.Hujan dan pancaroba memang menjadi salah satu faktor naiknya kasus DBD itu. Sebab nyamuk itu bisa bertelur di tempat-tempat di manapun yang itu masih ada air. Kemudian belum waktunya menetas sudah kemarau misalnya, telur itu bisa menempel di dinding. Dan ketika kena air telur itu bisa menetas. Sehingga habitat nyamuk bertambah."Jadi memang harus diwaspadai bukan hanya air yang di bak mandi dan penampungan air yang ada di dalam rumah. Tapi juga di luar rumah," tutur Rini.Dan dengan adanya Wolbachia, berdasarkan riset memang Wolbachia di Kota Jogja itu bisa menyebabkan turun kasusnya DBD hingga 77 persen. Dan itu yang sudah dilakukan penelitian-penelitian tahun lalu.Dan saat ini di Kota Jogja sendiri sudah ada 45 kasus sampai bulan Maret ini, tapi tidak ada yang parah. Sebab memang dari hasil riset sendiri yang dilakukan oleh tim riset UGM, Wolbachia itu bisa untuk mengurangi tingkat keparahan kasus."Selain mungkin keberhasilan itu juga ditentukan juga oleh kecepatan rujukan, kecepatan penanganan, tata laksana yang ada di rumah sakit yang bisa mencegah kematian dan keparahan," tutur RiniTerkait kasus kematian, Dinkes DIY belum bisa menjawab. Karena belum adanya audit terkait kasus itu.Tapi kalau secara teori kematian itu bisa terjadi karena kelambatan penanganan atau pasien mempunyai penyakit lain atau daya tahan tubun pasien yang kurang."Sebab semua penyakit itu prinsipnya daya tahan tubuh. Kami masih menunggu hasil auditnya," cetus Rini.Rini juga mengungkapkan saat ini usia yang mendominasi terkena kasus DBD itu adalah usia produktif. Sebab di usia produktif itu bisa terkena di mana saja, seperti di lingkungan rumah ataupun di lingkungan kerja."Dulu kan anak-anak di sekolah. Tapi karena sekarang sudah cukup bagus kebersihan sekolah. Maka banyak yang usia produktif," katanya.Tak hanya itu saja, dengan kenaikan kasus DBD di awal tahun 2024 ini, maka Dinkes DIY menghimbau dan berharap agar gerakan PSN 3 M Plus bisa dihidupkan lagi. Karena menurut Rini, pencegahan DBD itu kuncinya adalah perilaku hidup sehat.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/kasus-dbd-dengue-di-diy-mengalami-peningkatan-di-tahun-2024">Kasus DBD Dengue di DIY Mengalami Peningkatan di Tahun 2024</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/jelang-lebaran-beras-di-sleman-aman-kapanewon-miliki-stok-46-ton">Jelang Lebaran Beras di Sleman Aman, Kapanewon Miliki Stok 46 Ton</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/pemkot-yogya-hapuskan-denda-dan-beri-pengurangan-pokok-tunggakan-pbb">Pemkot Yogya Hapuskan Denda dan Beri Pengurangan Pokok Tunggakan PBB</a></li></ul>"Jadi seperti inovasi Wolbachia itu eksen pendukung, vaksin juga pendukung, yang utama itu adalah pencegahan. Mungkin harus diingatkan juga karena mungkin ada yang lupa. Dan dari sisi pemerintahan harus dihidupkan kembali kolaborasi antar sektor," tandas Rini. (*)&nbsp;

Warga Purwokinanti membersihkan lingkungan untuk mencegah penyebaran DBD.

purwokinanti.jpg

YOGYA, Jogjaaja.com Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat adanya peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di awal tahun 2024 ini.Kepala Bidang (Kabid) Penc

Kasus DBD di DIY Meningkat, Ada Dua Yang Meninggal Dunia