KRATON Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan Islam yang memiliki sejarah yang cukup panjang.Berbagai peninggalan berupa masjid banyak tersebar diberbagai wilayah yang masuk dalam teritori Daerah Istimewa Yogyakarta.Dalam pembahasan kali ini kita akan mengenal salah satu masjid yang memiliki ciri khas berdiri dengan satu tiang, yaitu Masjid Keraton Soko Tunggal atau yang disebut juga Masjid Soko Tunggal.Masjid dengan ornamen tradisional Yogyakarta yang mendapat pengaruh beberapa agama seperti Budha, Hindu, dan Islam ini terletak di Kompleks Kraton Yogyakarta, Jl Taman 1 No. 318, Patehan, Kecamatan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dekat dengan tempat wisata Taman Sari.Diketahui bahwa masjid ini selesai dibangun pada Jumat Pon tanggal 21 Rajab tahun Be dan ditandai dengan Candrasengkala "Hanembah Trus Gunaning Janma" 1392 H atau 1 September dengan suryasengkala "Nayana Resi Anggatra Gusti" 1972 M. Salah satu saksi pembangunan masjid tersebut mengungkapkan bahwa pembangunan Masjid Soko Tunggal berawal dari inisiatif masyarakat yang tinggal disekitar Taman Sari yang menginginkan adanya masjid sebagai tempat ibadah. Kemudian, rencana tersebut diketahui oleh kakak Sri Sultan Hamengkubuwono IX yaitu, GBPH Prabuningrat.Arsitektur bangunan masjid ini sarat dengan makna. Jika para jemaah duduk di ruangan masjid akan melihat 4 batang soko bentung dan 1 batang soko guru sehingga semuanya berjumlah 5 buah. Hal ini merupakan lambang negara Pancasila.Soko guru merupakan lambang sila yang pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Usuk sorot (memusat seperti jari-jari payung) disebut juga peniung, merupakan lambang kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya. Secara khusus, Sri Sultan HB IX menunjuk R. Ngabehi Mintobudoyo yang merupakan arsitek Keraton Yogyakarta menjadi arsitek pembangunan Masjid Keraton Soko Tunggal.Sesuai namanya, masjid ini memiliki keunikan yaitu hanya memiliki satu buah soko guru (tiang penyangga utama). Menurut prasasti yang tertera pada dinding depan, Masjid Keraton Soko Tunggal diresmikan pada hari Rabu Pon tanggal 28 Februari oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dari aspek konstruksi, bangunan masjid Soko Tunggal ini juga sarat makna. Dalam konstruksi masjid itu ada bagian yang berbentuk bahu dayung.Ini melambangkan orang-orang yang salat di masjid ini menjadi orang yang kuat menghadapi godaan iblis angkara murka yang datangnya dari empat penjuru dan lima pancer. Sunduk berarti menjalar untuk mencapai tujuan. Santen berarti bersih suci (kejujuran). Uleng artinya wibawa. Singup artinya keramat. Bandoga artinya hiasan pepohonan, tempat harta karun. Tawonan berarti gana, manis, penuh.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/banyak-manfaat-buah-ini-harus-dikonsumsi-saat-ramadan">Banyak Manfaat, Buah ini Harus Dikonsumsi Saat Ramadan</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/ini-sinopsis-dan-link-nonton-drakor-tomorrow">Ini Sinopsis dan Link Nonton Drakor Tomorrow</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/walking-dead-tomate-diantara-tradisi-dan-misteri">Walking Dead Tomate Diantara Tradisi dan Misteri</a></li></ul>Hingga saat ini Masjid Soko Tunggal masih banyak dikunjungi oleh warga maupun wisatawan. Beberapa guide bahkan kerap mengantarkan turis mancanegara yang penasaran dengan keunikan masjid ini. (Mg-01)&nbsp;

Screenshot_2022-04-10-05-32-38-08.jpg

Masjid Keraton Soko Tunggal atau yang disebut juga Masjid Soko Tunggal.

Masjid Soko Tunggal Kokoh Berdiri dengan Satu Tiang?