BANTUL-Belajar tak pernah mengenal usia maupun strata sosial. Semua orang bisa belajar untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam kehidupannya.
Contoh nyata adalah Lasiyo Syaifudin. Pria asal Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini mengecap ilmu baru setelah kehidupannya terpuruk akibat gempa Jogja pada 2006 silam.
&ldquo;Pada tahun 2007, saya mendapat kesempatan dari Pemerintah untuk belajar banyak mengenai pisang. Berbagai hal diajarkan mulai dari pembibitan, budidaya, pemberantasan hama, hingga pemasaran dan pengolahan pisang,&rdquo; ujar pria yang akrab disapa Mbah Lasiyo ini.
Mbah Lasiyo pun tak pernah berhenti belajar. Ia terus mempraktekkan ilmu yang ia pelajari. Dalam melakukan budidaya pisang, Mbah Lasiyo menggunakan bahan alami seperti pupuk maupun pestisida organik.
&ldquo;Untuk mendapatkan formula yang tepat dan pisang yang bagus, saya selalu melakukan uji coba berkali-kali. Tujuannya tentu untuk mendapatkan bahan terbaik. Biasanya minimal uji coba yang saya lakukan sebanyak tujuh kali, bahkan bisa lebih sampai ketemu komposisi bahan terbaik,&rdquo; imbuhnya.
Mbah Lasiyo menambahkan, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk dan pestisida berasal dari bahan alami yang ia tanam sendiri. Bahan-bahan tersebut diantaranya temulawak, daun misoni, umbi temu ireng, daun sambiloto, dan daun pepaya.
Menurutnya, bahan-bahan tersebut dipotong kecil-kecil kemudian direbut. Air dari hasil rebusan itu kemudian difermentasi semalam dan disaring untuk digunakan sebagai formula organik dalam proses pembibitan.
&ldquo;Pestisida alami ini bisa bertahan hingga 6 bulan. Metode buatan saya ini benar-benar alami, murah, dan ramah lingkungan,&rdquo; tandasnya.
<img src="/uploads/image/image/1605166138117.jpeg" alt="" />
Dengan formula pestisida buatannya ini, hasil pembibitan Mbah Lasiyo bisa menghasilkan buah pisang yang bagus. Rata-rata pohon pisang ini bisa berbuah dalam setahun. &nbsp;
Atas temuannya dalam pembibitan dan budidaya pisang secara alami ini, banyak orang memanggil Mbah Lasiyo dengan sebutan Profesor Pisang. Tak hanya itu, Mbah Lasiyo juga mendapat kesempatan untuk menghadiri seminar internasional di Turin, Italia pada 2016 lalu.
&ldquo;Waktu itu saya terpilih menjadi perwakilan dari Indonesia. Di sana, video yang mendokumentasikan hasil karya saya diputar di hadapan 62 perwakilan negara yang hadir,&rdquo; katanya.
Saat ini, pria kelahiran 17 Juli 1955 itu terus mengembangkan banyak varietas pisang. Namun ia hanya focus pada beberapa jenis pisang antara lain, pisang cavendish, pisang kapok kuning, pisang raja, pisang ambon, dan beberapa pisang lainnya. (*)
&nbsp;

Mengenal Sosok Lasiyo Syaifudin, ‘Profesor Pisang’ dari Bantul

BANTUL-Belajar tak pernah mengenal usia maupun strata sosial. Semua orang bisa belajar untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam kehidupannya.