YOGYA, Jogjaaja.com - Yogyakarta memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.Sebagaimana diketahui, setelah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda datang untuk kembali menduduki republik.Serangan Belanda, yang akhirnya berujung pada dua kali agresi militer, membuat stabilitas politik khususnya di Ibu Kota Jakarta terancam. Maka, mempertimbangkan hal tersebut, presiden Sukarno memindahkan Ibu Kota Indonesia untuk sementara ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946.Dipilihnya Yogyakarta bukannya tanpa sebab. AK Wiharyanto dalam bukunya ‘Sejarah Indonesia Baru II’ (2009) menulis, bahwa salah satu alasan Yogyakarta dipilih sebagai ibu kota sementara adalah karena bentang alamnya.“Salah satu alasan dipilihnya Yogyakarta adalah, karena bentang alamnya yang membuat penjajah sulit untuk masuk ke wilayah tersebut,” tulisnya.Selain itu, Yogyakarta dianggap sebagai daerah yang terbilang aman juga karena di sana juga telah berdiri suatu kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX, figur yang dihormati kerajaan Belanda.Sejak masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah Yogyakarta memang sudah terbilang sebagai provinsi atau daerah independen yang “istimewa”, bernama “vorstenlanden”.&nbsp;<figure class="image"><img src="https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/uploads/2022/09/1662297564415.jpeg"><figcaption>Puro Pakualaman Yogyakarta&nbsp;</figcaption></figure>Sultan Yogyakarta, juga menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Belanda, sehingga ini dirasa akan membuat Belanda “tidak enak” jika harus menyerang Yogyakarta.“Sejak masa kolonial, Yogyakarta sudah berdiri sebagai wilayah independen yang dipimpin Sultan. Ia begitu dihormati oleh Ratu Belanda,” sambung Wiharyanto.Pada akhirnya, Yogyakarta resmi menjadi Ibu Kota Indonesia. Ia menjadi ibu kota selama dua periode, yakni pada 1946-1948 dan 1949-1950, yang sudah barang tentu berandil besar dalam proses mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Namun, pertanyaannya, sejak kapan Yogyakarta bergabung bersama Republik Indonesia? Mengingat sebelumnya Yogyakarta merupakan wilayah independen, bahkan sejak masa kolonial Hindia-Belanda bernama vorstenlanden.Jawabannya adalah sejak ditetapkannya “Amanat 5 September 1945”. Mengutip Selo Soemarjan dalam bukunya ‘Social Changes in Jogjakarta’ (1962), pada tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VIII menyatakan bahwa wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman bergabung dengan NKRI.Hal tersebut disampaikan melalui dekret kerajaan, yang disebut “Amanat 5 September 1945”, di mana Yogyakarta resmi masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Sehari setelahnya, yakni pada 6 September 1945, pemerintah pusat memberikan Piagam 19 Agustus 1945 yang merupakan bentuk penghargaan atas bergabungnya Yogyakarta dengan Republik Indonesia&nbsp;<figure class="image"><img src="https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/uploads/2022/09/1662297633424.jpeg"><figcaption>Kawasan Tugu Paal Putih Yogyakarta&nbsp;</figcaption></figure>&nbsp;Sebelum disampaikannya dekret ini, sebenarnya Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII telah mengucapkan selamat kepada Soekarno dan Hatta atas terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.Dengan ucapan selamat ini, secara tidak langsung maka Sultan HB IX dan Paku Alam VIII menyatakan dukungan mereka terhadap Republik Indonesia. &nbsp;Bahkan, sebagaimana dicatat Selo Soemarjan, warga Yogyakarta terlihat sangat antusias setelah Proklamasi Indonesia dilakukan. Antusiasme mereka dapat dilihat salah satunya dari banyak bermunculan surat kabar dan majalah Republik di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta.“Melihat antusiasme tersebut, kemudian membuat Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan dekret yang disebut ‘Amanat 5 September 1945’,” tulisnya.Isi dari Amanat 5 September 1945 adalah pernyataan penggabungan Kesultanan Yogyakarta ke dalam NKRI. Bergabungnya Yogyakarta dalam NKRI lantas membuat Indonesia menjadi negara yang baru merdeka dengan memiliki wilayah kedaulatan.Adapun, isi dari Amanat 5 September 1945 adalah sebagai berikut:AMANAT SRI PADUKA INGKENG SINUWUN KANGDJENG SULTANKami Hamengku Buwono IX, Sultan Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat menjatakan:1. Bahwa Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat jang bersifat keradjaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat mulai saat ini berada ditangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnja kami pegang seluruhnya.3. Bahwa perhubungan antara Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan Kami bertanggung djawab atas Negeri Kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.Kami memerintahkan supaja segenap penduduk dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat mengindahkan Amanat Kami ini.Ngajogjakarta Hadiningrat, 28 Puasa Ehe 1876 atau 5-9-1945 HAMENGKU BUWONO IX **AMANAT SRI PADUKA KANGDJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIO PAKU ALAMKami Paku Alam VIII Kepala Negeri Paku Alaman, Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat menjatakan:1. Bahwa Negeri Paku Alaman jang bersifat keradjaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Paku Alaman, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Paku Alaman mulai saat ini berada ditangan Kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnja Kami pegang seluruhnja.3 &nbsp;Bahwa perhubungan antara Negeri Paku Alaman dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan Kami bertanggung djawab atas Negeri Kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.Kami memerintahkan supaja segenap penduduk dalam Negeri Paku Alaman mengindahkan Amanat Kami ini. Paku Alaman, 28 Puasa Ehe 1876 atau 5-9-1945 PAKU ALAM VIII ** Ngajogjakarta Hadiningrat, 28 Puasa Ehe 1876 atau 5-9-1945Setelah penetapan tersebut Presiden Sukarno lantas memberi payung hukum khusus dan status istimewa terhadap Yogyakarta sebagai daerah dalam Indonesia.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/dpp-kota-yogyakarta-mulai-tertibkan-hewan-liar-mulai-2023">DPP Kota Yogyakarta Mulai Tertibkan Hewan Liar Mulai 2023</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/3-cara-mudah-simpan-video-youtube-mp-3-dan-mp-4-untuk-didengar-di-hp-dan-laptop">3 Cara Mudah Simpan Video Youtube Mp3 dan Mp4 untuk Didengar di HP dan Laptop</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/bupati-sleman-resmikan-jalan-kampung-maguwoharjo-ringinsari-harapkan-ekonomi-warga-melesat">Bupati Sleman Resmikan Jalan Kampung Maguwoharjo - Ringinsari, Harapkan Ekonomi Warga Melesat</a></li></ul>Saat berintegrasi dengan Indonesia, wilayah Kesultanan Yogyakarta sudah terdiri dari lima wilayah, antara lain Kabupaten Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulon Progo. (*)&nbsp;

images (54).jpeg

YOGYA, Jogjaaja.com - Yogyakarta memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.Sebagaimana diketahui, setelah memproklamirkan kemer

Mengingat Amanat 5 September, Awal Bergabungnya Yogyakarta ke Republik Indonesia