WhatsApp Image 2021-06-08 at 02.51.19.jpeg

JAKARTA, Jogjaaja.com — Museum Nasional Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan "The Flying Cloth," sebuah pameran spektakuler yang digelar dari tanggal 11 hingga 24 November 2024. Acara ini merayakan 25 tahun kiprah desainer Merdi Sihombing dalam dunia tekstil dan fashion berkelanjutan, sekaligus menyoroti usahanya dalam memberdayakan komunitas di pelosok Nusantara. Pameran ini diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan, Indonesian Heritage Agency, dan Museum Nasional Indonesia, didukung oleh beberapa sponsor nasional."Pameran ini bukan hanya menampilkan keindahan karya, tetapi juga menjadi langkah awal untuk mengubah cara kita memandang fashion," ujar Merdi Sihombing, desainer ternama yang menggabungkan nilai budaya dan prinsip keberlanjutan dalam setiap karyanya. "Setiap karya di sini mengandung cerita tentang perjalanan saya menjelajahi berbagai pelosok Nusantara dan membangun komunitas yang hidup dari warisan budaya mereka sendiri," tambahnya.Merdi telah lama menjelajahi wilayah-wilayah terpencil Indonesia dan hidup berdampingan dengan masyarakat adat untuk menghidupkan kembali tradisi tenun. Melalui Yayasan Merdi Sihombing dan Eco Fesyen Indonesia, ia berkomitmen untuk menyelaraskan gaya hidup lokal dengan prinsip keberlanjutan. "Pengalaman ini memperkuat keyakinan saya bahwa warisan budaya dan prinsip keberlanjutan adalah hal yang perlu dihargai dan diteruskan kepada generasi berikutnya," jelas Merdi.The Flying Cloth mengajak pengunjung menjelajahi kekayaan budaya Indonesia melalui koleksi Merdi, termasuk keunikan masyarakat Baduy di Banten dan pesona bawah laut Alor. "Datanglah, dan saksikan sendiri bagaimana setiap kain bisa menghubungkan kita dengan leluhur, dan bagaimana pilihan fashion kita hari ini bisa menciptakan masa depan yang lebih baik," pesan Merdi.Beragam Kegiatan Edukatif: Dari Workshop hingga Fashion ShowSelain pameran kain dan busana, acara ini juga menawarkan serangkaian workshop, seminar, dan creative talk yang membahas konsep fashion berkelanjutan. Topik-topik yang akan diangkat antara lain edukasi pewarnaan alami, dampak industri fast fashion terhadap lingkungan, pola etnomatematika dalam desain ulos, serta film dan fotografi fashion. Sejumlah pakar turut hadir sebagai narasumber, termasuk Eriek N Juragan, Ferry Zulfrizer, Bramsky, serta praktisi dari berbagai institusi, seperti Institut Kesenian Jakarta, Sparks Fashion Academy, dan Fashion Program Universitas Bina Nusantara.Pengunjung juga akan disuguhi pengalaman budaya yang mendalam, termasuk upacara pernikahan adat Batak Karo dan pertunjukan gondang di bawah sinar bulan purnama, yang menampilkan Gerdang Simalungun, Gordang Sambilan, dan Gondang Sabangunan Toba.Proyek Instalasi dan Kesempatan Menghidupkan Kembali Wastra LamaSebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan, Merdi turut menghadirkan instalasi visual perjalanan 25 tahun perjalanannya, dengan Heri Pemad sebagai art director dan Ignatia Nilu sebagai kurator. Pengunjung juga diajak untuk membawa kain wastra lama mereka untuk diperbaiki atau diubah menjadi karya baru, sebagai bentuk promosi konsep upcycle.Acara yang didukung oleh Bank Mandiri, Pertamina, Make Over, dan beberapa sponsor lainnya ini terbuka untuk umum dan menawarkan kesempatan unik bagi pengunjung untuk menyaksikan perpaduan antara mode, pesan keberlanjutan, dan pelestarian budaya."Generasi muda memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan," tutur Merdi. "Saya berharap acara ini menginspirasi mereka untuk melanjutkan semangat pemberdayaan dan keberlanjutan yang saya temukan di berbagai penjuru negeri ini."The Flying Cloth adalah ajang yang tak hanya mempersembahkan karya, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan melalui dunia fashion.

merdi sihombing.jpg

The Flying Cloth mengajak pengunjung menjelajahi kekayaan budaya Indonesia melalui koleksi Merdi Sihombing, termasuk keunikan masyarakat Baduy di Banten dan pesona bawah laut Alor. 

Merdi Sihombing Suguhkan Keindahan Warisan Budaya di The Flying Cloth