YOGYA, Jogjaaja.com - Komisi Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY berencana untuk menyusun cetak biru konsep pengembangan budaya Islam di wilayah Yogyakarta.Hal itu nantinya bisa dimanfaatkan oleh para khatib dalam menyiarkan konsep islam yang dikenal sangat melekat dengan Kraton Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.Upaya mengkonsep cetak biru pengembangan Islam itu diawali dengan workshop bertajuk Kasultanan dan Kadipaten Pakualaman DIY dalam Perspektif Islam yang diselenggarakan pada Rabu (27/7/2022) di Masjid Jagokariyan.Ketua Seni Budaya Islam MUI DIY, Muhammad Jazir menjelaskan, selama ini publik bisa dibilang masih belum mengenal secara lengkap perpaduan konsep Islam dengan Kraton Ngayogyakarta serta Kadipaten Pakualaman."Sehingga pada workshop ini kami minta agar pihak Kraton dan Kadipaten Pakualaman menjelaskan konsep itu kepada masyarakat," ujarnya.Menurut Jazir, upaya menjembatani aspirasi masyarakat muslim dengan Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman selama ini belum dilakukan secara konkret. Pihaknya berharap bahwa kegiatan itu bisa mengeluarkan cetak biru yang konsisten mengenai pengembangan konsep keislaman ke depan di wilayah Yogyakarta."Hasilnya nanti kami harapkan ada sebuah kesepakatan tertulis yang bisa dijadikan pedoman mungkin bagi para khatib dalam menjelaskan konsep Islam dari Kasultanan dan Pakualaman," imbuhnya.Penghageng KHPKM Kraton Ngayogyakarta yang diwakili oleh KRT Rintaiswara menjelaskan, ada begitu banyak konsep Islam yang melekat dengan Kraton Ngayogyakarta, baik itu yang kasat mata maupun yang tak kasat mata."Ini tentu sangat penting untuk diwariskan kepada generasi muda agar tetap menjaga tradisi yang telah lama melekat dan ikut melestarikan," katanya.Menurut dia beberapa konsep keislaman yang melekat pada setiap aktivitas Kraton Ngayogyakarta yakni acara grebeg maulud yang diselenggarakan sebagai bentuk peringatan terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW."Itu tentu sudah berlangsung sejak lama dan bisa dikatakan hanya ada di Yogyakarta, di timur tengah saja bahkan tidak ada," jelas dia.KRT Rintaiswara juga menambahkan, perpaduan adat tradisi dan seni budaya Kraton Ngayogyakarta yang menyerap unsur keislaman merupakan kekayaan tersendiri.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/sigit-susetya-targetkan-dulang-suara-maksimal-demokrat-di-kulonprogo-1-1-1-1">Sigit Susetya&nbsp; Targetkan Dulang Suara Maksimal Demokrat di Kulonprogo</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/disbud-diy-adakan-catur-sagatra-ini-maksudnya">Disbud DIY Adakan Catur Sagatra, Ini Maksudnya</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/review-film-incantation-kutukan-mencekam-sekte-di-taiwan">Review Film Incantation, Kutukan Mencekam Sekte di Taiwan</a></li></ul>&nbsp;Dia menuturkan keduanya menjadi bagian yang saling melengkapi dalam sejarah perjalanan Kraton Ngayogyakarta. (Anz) &nbsp;

IMG-20220727-WA0016.jpg

Suasana workshop bertajuk Kasultanan dan Kadipaten Pakualaman DIY dalam Perspektif Islam yang diselenggarakan oleh Komisi Seni Budaya Islam MUI DIY pada Rabu (27/7/2022) di Masjid Jagokariyan. (Anz)

Ketua Seni Budaya Islam MUI DIY, Muhammad Jazir menjelaskan, selama ini publik bisa dibilang masih belum mengenal secara lengkap perpaduan konsep Islam dengan Kraton Ngayogyakarta serta Kadipaten Pakualaman. 

MUI DIY Susun Cetak Biru Pengembangan Budaya Islam di Yogyakarta