YOGYA, Jogjaaja.com - Perubahan iklim, yang menyebabkan pemanasan global, banyak diklaim bertanggung jawab atas berbagai bencana di hari ini dan masa depan.Termasuk kerusakan lingkungan, anomali cuaca ekstrim, bahkan ancaman kepunahan.Namun, studi baru-baru ini menemukan fakta unik sekaligus menakutkan. Sejumlah peneliti di Belanda mengungkapkan bahwa perubahan iklim turut bertanggung jawab dalam peningkatan angka kejadian diabetes tipe-2 di seluruh dunia.Studi yang dipublikasikan di jurnal BMJ Open Diabetes Research &amp; Care tersebut menemukan hubungan antara kenaikan suhu dan peningkatan jumlah orang yang didiagnosis dengan diabetes tipe-2."Saat cuaca lebih hangat, ada insiden diabetes yang lebih tinggi," kata Lisanne Blauw, kandidat PhD Laboratorium Einthoven di Belanda dan co-writer studi tersebut, sebagaimana dikutip dari The Huffington Post, Selasa (7/6/2022)."Sangat penting untuk menyadari bahwa pemanasan global memiliki efek lebih lanjut pada kesehatan kita, tidak hanya pada iklim secara khusus," sambungnya.Untuk kebutuhan studi ini, para peneliti membandingkan suhu rata-rata tahunan di seluruh Amerika Serikat (AS) dari 1996 hingga 2009 dengan kasus diabetes tipe-2, yang diambil dari database Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).Melalui data tersebut, para peneliti menemukan fakta bahwa peningkatan suhu satu derajat Celcius dapat menyebabkan lebih dari 100.000 kasus baru diabetes di AS setiap tahun.&nbsp; Para peneliti mengembangkan tiga hipotesis untuk menjelaskan hubungan antara pemanasan iklim dan peningkatan tren diabetes.Salah satu hipotesis yang dijelaskan Blauw adalah melibatkan apa yang ia sebut ‘jaringan adiposa coklat’ (brown adipose tissue)—sel-sel &nbsp;lemak yang membakar energi dan menghasilkan panas. Ia dan tim mencatat, bahwa lemak coklat ini menjadi aktif selama iklim dingin untuk mencegah suhu tubuh turun drastis.Namun, suhu yang lebih hangat (salah satunya karena perubahan iklim) membuat lemak coklat menjadi kurang aktif, dan menyebabkan resistensi insulin dan diabetes.Lebih lanjut, perubahan pola makan manusia karena suhu yang lebih tinggi juga dapat berperan dalam hubungan antara suhu yang lebih hangat dan prevalensi diabetes tipe-2 yang tinggi.Terlepas dari hubungan yang ditemukan para peneliti, mereka mencatat bahwa penelitian tersebut belum sepenuhnya dapat membuktikan hubungan sebab-akibat antara suhu yang lebih hangat dan peningkatan risiko diabetes.Karena itu, para peneliti berencana untuk melakukan penelitian lain pada populasi yang lebih kecil dan mengembangkan cara mengaktifkan lemak coklat.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/mau-cepat-mendapatkan-uang-dari-tik-tok-ikuti-cara-ini">Mau Cepat Mendapatkan Uang dari TikTok? Ikuti Cara Ini</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/pasok-gula-aren-ke-pt-mitra-aren-indonesia-perekonomian-petani-aren-di-sukabumi-terdongkrak">Pasok Gula Aren ke PT Mitra Aren Indonesia, Perekonomian Petani Aren di Sukabumi Terdongkrak</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/pengelolaa-desa-wisata-dilatih-mengelola-sampah-dengan-eco-enzyme">Pengelola Desa Wisata Dilatih Mengelola Sampah dengan Eco Enzyme</a></li></ul>“Tapi bagaimanapun juga, ini menjadi sebuah peringatan, bahwa suhu yang meningkat berperan pula dalam peningkatan angka-angka itu [diabetes tipe-2],” pungkasnya. (Eff)&nbsp;

fire-gcc24f8bcc_1280.jpg

Untuk kebutuhan studi ini, para peneliti membandingkan suhu rata-rata tahunan di seluruh Amerika Serikat (AS) dari 1996 hingga 2009 dengan kasus diabetes tipe-2, yang diambil dari database Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Perubahan Iklim Tingkatkan Angka Diabetes Tipe-2, Begini Penjelasannya