YOGYAKARTA, Jogjaaja.com – Calon Wakil Walikota Yogyakarta, Singgih Raharjo, memberikan pandangannya terkait tantangan yang dihadapi industri tembakau akibat regulasi yang semakin ketat. Menurut Singgih, industri tembakau memiliki dampak luas, tidak hanya bagi petani, tetapi juga bagi ekosistem yang lebih besar seperti pekerja industri, promotor, hingga sektor periklanan dan event.Dalam diskusi di Yogyakarta akhir pekan lalu, Singgih menyatakan bahwa penurunan permintaan tembakau dapat berdampak langsung pada nasib petani. "Kalau produksi menurun, maka jumlah pekerja di industri ini juga akan terpengaruh, dan pada akhirnya berujung pada pengurangan pegawai atau bahkan PHK," ujar Singgih. Ia berharap kondisi tersebut tidak terjadi di Yogyakarta, mengingat industri ini masih menjadi salah satu penyokong ekonomi daerah.Selain itu, Singgih menyoroti keterlibatan industri tembakau dalam mendukung kegiatan promosi dan event-event besar di Yogyakarta. "Banyak event yang didukung oleh sponsor dari industri tembakau. Potensi ini luar biasa, dan regulasi yang ada seharusnya mempertimbangkan dampak terhadap kegiatan ekonomi seperti ini," tambahnya.Terkait dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Singgih menekankan pentingnya regulasi yang adil dan tidak hanya berfokus pada pelarangan tanpa memberikan solusi yang memadai. Ia menyarankan agar lebih banyak area merokok yang disediakan, terutama di tempat-tempat seperti Malioboro. "Di beberapa negara seperti Jepang, merokok di jalan dilarang, tapi mereka menyediakan area khusus dengan fasilitas yang proper. Ini bisa menjadi solusi yang lebih baik," jelas Singgih.Dalam menghadapi risiko PHK akibat regulasi seperti PP 28/2024 dan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK), Singgih menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja alternatif. Ia menyebutkan bahwa sektor ekonomi kreatif dan pariwisata di Yogyakarta memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja yang terdampak. "Kami akan mendorong pekerja yang terkena dampak untuk beralih ke sektor lain yang lebih terbuka," ucapnya.Lebih lanjut, Singgih menyampaikan jika terpilih nanti, ia akan mendorong kebijakan yang melindungi petani dan pekerja tembakau di Yogyakarta. "Jika kondisinya memaksa, mungkin kita bisa mendorong peralihan ke pertanian yang lebih organik dan berkelanjutan. Konsumsi produk pertanian akan selalu ada, dan ini bisa menjadi alternatif yang baik," katanya.Menurut Singgih, kebijakan yang adil dan solutif adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan keberlangsungan industri tembakau. Ia berharap pemerintah dapat mengambil pendekatan yang lebih komprehensif dan melibatkan semua pihak dalam pengambilan keputusan.Sementara itu Pengamat Kebijakan Publik, R. Dwijo Suyono, melihat Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) No. 2 tahun 2017 yang telah 7 tahun &nbsp;disahkan, penerapannya di lapangan masih menemui banyak kendala, terutama di kawasan wisata utama seperti Malioboro. "Malioboro merupakan kawasan tanpa rokok, namun penerapan peraturan tersebut masih belum efektif," ujarnya.Dwijo menyoroti pentingnya keseimbangan antara regulasi kesehatan dan industri tembakau yang telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak pihak. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 318 miliar batang rokok, dengan 88 persen pendapatan negara berasal dari pajak tembakau. "Pemerintah terus menaikkan cukai rokok, namun apakah dana bagi hasil cukai diterima secara adil oleh daerah-daerah?" tanya Dwijo.Ia juga menyinggung regulasi yang masih menggantung, seperti Perda KTR yang sudah hampir 7 tahun belum sepenuhnya diberlakukan di Yogyakarta dan Sleman. Menurut Dwijo, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang perlu dikaji lebih dalam, termasuk dampak ekonominya. "Jika Perda KTR diberlakukan tanpa mempertimbangkan ekosistem pertembakauan, maka industri ini akan tertekan," tegasnya.Lebih lanjut, Dwijo menekankan bahwa masalah pertembakauan di Yogyakarta belum terselesaikan sepenuhnya. Ia berharap ada umpan balik yang adil dari penerimaan cukai untuk mendukung kampanye kesehatan dan kesejahteraan, sekaligus menjaga keberlangsungan industri tembakau yang signifikan bagi perekonomian daerah. (*)&nbsp;

WhatsApp Image 2024-10-12 at 09.45.41.jpeg

Industri tembakau memiliki dampak luas, tidak hanya bagi petani, tetapi juga bagi ekosistem yang lebih besar seperti pekerja industri, promotor, hingga sektor periklanan dan event.

Singgih Raharjo: Regulasi Tembakau Harus Seimbang, Petani dan Pekerja Perlu Dilindungi