JAKARTA, Jogjaaja.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia &nbsp;kembali surplus USD 4,37 miliar pada September 2021, sehingga secara akumulatif sembilan bulan&nbsp; tahun ini mencapai surplus sebesar USD 25,07 miliar. Angka ini jauh lebih bagus dibanding periode &nbsp;yang sama pada 2019 dan 2020.Chief Economist Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Budi Hikmat, mengatakan trade surplus ini sudah dialami sejak 17 bulan terakhir secara berturut-turut, yang sekaligus menjadi &nbsp;rekor terpanjang sejak 2011. Melonjaknya trade surplus yang dilandasi kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia merupakan &nbsp;berkah yang tidak boleh disia-siakan, baik pemerintah ataupun pelaku usaha yang berkaitan dengan&nbsp;ekspor komoditas.Baca Juga :<a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/direkomendasikan-microsoft-mp-3-juice-jadi-software-pengunduh-musik-gratis-ramah-windows">Direkomendasikan Microsoft, MP3 Juice Jadi Software Pengunduh Musik Gratis Ramah Windows</a><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/liburan-di-pacitan-yuk-nikmati-keindahan-5-gua-ini">Liburan di Pacitan, Yuk Nikmati Keindahan 5 Gua ini</a><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://jogjaaja.com/read/75-persen-dari-6-7-miliar-dosis-untuk-negara-kaya-retno-marsudi-terus-perjuangkan-kesetaraan-akses-vaksin">75 persen Dari 6,7 Miliar Dosis Untuk Negara Kaya, Retno Marsudi Terus Perjuangkan Kesetaraan Akses Vaksin</a>"Ini adalah momentum yang sangat baik untuk memacu re-industrialisasi terutama &nbsp; di sektor pertambangan untuk memperkuat daya saing negara, keuangan pemerintah dan memacu&nbsp; kesempatan kerja. Capaian trade surplus ini menjadi katalis positif bagi penguatan mata uang rupiah ditengah trend &nbsp;penguatan indeks dollar," ungkapnya. Dia menjelaskan peningkatan penerimaan pemerintah sejalan kenaikan harga komoditas melandasi sentimen positif bagi Surat Berharga Negara (SBN). Supply risk SBN diharapkan menurun&nbsp; sehingga memungkinkan yield SBN tetap menarik ditengah risiko tren yield obligasi berbagai negara &nbsp; yang cenderung naik. Membaiknya IDR currency risk dan SBN supply risk diatas melandasi optimisme capital inflow dana &nbsp; asing kembali menuju pasar modal Indonesia. Bahkan, selama Januari hingga September 2021, dana asing &nbsp;masuk di pasar regular bursa saham Indonesia telah mencapai Rp 40 triliun. Bahkan seminggu terakhir saja mencapai Rp 4 triliun."Hal ini menandakan confident level investor global terhadap perekonomian &nbsp; ndonesia cukup tinggi. &nbsp;Tingkat kepercayaan investor asing kepada bursa saham nasional menunjukkan membaiknya trade&nbsp; surplus yang didorong oleh tingginya harga komoditas unggulan dipercaya akan meningkatkan kinerja&nbsp; keuangan banyak perusahaan yang memiliki fokus di perdagangan komoditas. Mengingat eksposur&nbsp; komoditas unggulan seperti CPO, batubara dan nikel cukup besar pada kinerja ekspor nasional."“Kita harus belajar untuk mengindari kekeliruan setelah super-cycle commodity booming 2000-2012&nbsp; ketika penguatan daya beli masyarakat yang ditopang kenaikan harga komoditas ekspor ternyata &nbsp;berakhir dengan memburuknya defisit neraca berjalan. Sebab bersamaan dengan trend eksternal &nbsp;penguatan dollar, memburuknya defisit neraca berjaln adalah faktor eksternal yang memicu&nbsp; memperlemah rupiah yang menakutkan investor asing dan memaksa Indonesia terus berutang. Hal &nbsp;tersebut terjadi karena kita boros tidak memanfaatkan kenaikan pendapatan untuk hal yang produktif&nbsp; dan inklusif seperti yang pernah dilakukan administrasi Pak Harto saat mengalami Oil Bonanza pada &nbsp;periode 1970an."Budi menambahkan setidaknya hingga kuartal I 2022, tren kenaikan harga komoditas unggulan kita diprediksi masih akan &nbsp;berlanjut terutama bagi komoditas batubara dan sumber energi lain. Namun, ke depan, pemerintah&nbsp; negara konsumen komoditas energi seperti China dan Eropa juga diprediksi akan melakukan intervensi&nbsp; untuk menurunkan harga komoditas energi yang sudah memicu lonjakan inflasi."Revolusi new- &nbsp;economy yang semakin memacu digitalisasi, penggunaan teknologi otomotif dan energi terbarukan &nbsp; dan rivalitas multi polar antar negara melandasi booming sektor mining yang harus dimanfaatkan &nbsp;pemerintah melalui akselerasi strategi hilirasi dan penguatan industri terkait guna meningkatkan nilai &nbsp;tambah. ” tutup Budi. (*)&nbsp;

Pekerja melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa, 27 Juli 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

IHSG Ditutup Melemah .jpg

JAKARTA, Jogjaaja.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia &nbsp;kembali surplus USD 4,37 miliar pada September 2021, sehingga s

Surplus Neraca Perdagangan RI Perkuat Perekonomian dan Kepercayaan Investor Asing