KRATON Jogyakarta &nbsp;adalah salah satu kerajaan yang masih bertahan hingga saat ini. Tak hanya sisi budayanya saja yang tetap eksis, struktur pemerintahan kerajaan juga tetap utuh dari dulu hingga kini.Sultan memiliki peranan penting dalam kehidupan kraton dalam mengayomi masyarakat, tak heran jika kemudian raja yang tengah bertahta juga dinobatkan sebagai gubernur daerah ini seperti tertuang dalam Undang-undang Keistimewaan.Kraton Jogjakarta memiliki lambang atau simbol kerajaan yang dijunjung tinggi masyarakat Mataram. Simbol tersebut sarat akan makna serta filosofi yang membawa pada kesejahteraan dan kejayaan kraton. Lambang tersebut dikenal dengan nama Praja Cihna.Praja Cihna dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa Sansekerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cihna berarti sifat sejati. Secara harfiah Praja Cihna bermakna sifat sejati seorang abdi negara.Praja Cihna terdiri dari beberapa bagian yang juga memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Praja Cihna yang digunakan sekarang memiliki delapan unsur pembentuk (rerenggan) sesuai dengan Peraturan Kraton Nomor 5/KHSW/1989/ yang dikeluarkan pada 29 Rejeb Wawu 1921 (7 Maret 1989) sebagai berikut :<figure class="image"><img src="https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/uploads/2021/09/1632024464683.jpeg"><figcaption>Kraton Jogjakarta</figcaption></figure>Songkok/MahkotaPenutup kepala yang dikenakan prajurit melambangkan watak ksatria yang juga merupakan sifat seorang raja.Sumping atau hiasan telingaPerhiasan yang diselipkan di telinga. Ceplik atau giwang yang berbentuk seperti bunga matahari melambangkan kehidupan. Daun keluwih berasal dari kata luwih yang berarti kelebihan. Makara melambangkan perlindungan untuk kesalamatan kraton Praba atau sorot cahayaMelambangkan pribadi yang dapat menegakkan kehormatan jawa mataramLar atau SayapMelambangkan cita-cita setinggi langit TamengSenjata untuk melindungi diri pada saat perang. Warna merah melambangkan keberanian tang tanpa meninggalkan kewaspadaan untuk membela kebenaran. Tulisan HabaAksara jawa Ha Ba merupakan singkatan dari gelar Sultan yang bertahta di Kraton Jogjakarta.Gelar tersebut penuh dengan harapan luhur agar mampu melindungi, membela serta mewujudkan kemakmuran rakyat. Warna kuning keemasan melambangkan keagungan.Bunga PadmaBunga teratai atau Padma yang mengbang di air menggambarkan kehidupan dunia yang mendasari kehidupan akhirat. Selain itu melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan prinsip.&nbsp; Teratai merupakan tanaman yang memiliki akar kuat, walau hidup di air sekalipun namun tumbuhan ini tak akan pernah hanyut dan tetap kokoh di tempatnya berpijak.Tumbuhan SulurTumbuhan Sulur yang hidup merambat melambangkan kejayaan dan kemuliaan kebudayaan bangsa nusantara yang lestari berkembang dan bermanfaat bagi bangsa serta rakyat yang beraneka ragam.Tumbuhan sulur juga menggambarkan kehidupan berkelanjutan laksana sulur yang terus-menerus tumbuh merambat.&nbsp;&nbsp;

Screenshot_2021-09-19-10-01-23-98.jpg

Praja Cihna terdiri dari beberapa bagian yang juga memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Praja Cihna yang digunakan sekarang memiliki delapan unsur pembentuk (rerenggan) sesuai dengan Peraturan Kraton Nomor 5/KHSW/1989/ yang dikeluarkan pada 29 Rejeb Wawu 1921 (7 Maret 1989) sebagai berikut :

Ternyata, ini Makna dan Filosofi Lambang Kraton Jogjakarta