BANTUL, Jogjaaja – Pagi itu, Selasa (3/6/2021) Tri Wibowo seperti biasa, mengawali paginya dengan menyambangi kolam-kolam bundar miliknya di Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul. Satu per satu kolam bundar yang terbuat dari rangkaian besi dan terpal khusus ia dekati. Sejurus kemudian, Bowo sapaan akrabnya mulai menebar pelet atau makanan lele.Ada sekitar 67 kolam bundar di Patihan ini, selebihnya kolam-kolam yang lain berada di Piring jepit RT 01 DK 8 Kurahan2, Piring II, Murtigading, Sanden, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Total Bowo memiliki lebih dari 100 kolam lele. Masing-masing kolam berisi 2.000 hingga 3.500 ekor lele.Bowo memang dikenal sebagai pembudidaya lele, khususnya untuk pembenihan dan pembesaran. Meski demikian, ia juga melayani instalasi kolam terpal bundar, kemitraan, hingga edukasi. Usahanya yang dirintis sejak 20 tahun silam itu diberi nama Omah Lele Catfish Farm.“Saya sudah mulai usaha sejak tahun 2001 karena saya memang senang dan hobi dengan kegiatan budidaya lele ini. &nbsp;Saat itu saya habis pulang kampung setelah sempat beberapa tahun bekerja di salah satu perusahaan multinasional di Riau. Meski situasi saat itu sulit karena habis krisis moneter, saya tetap semangat untuk memulainya,” kenang Bowo.Usaha budidaya lele bisa dikatakan tidak sejalan dengan latar pendidikan Bowo di bidang programmer di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Namun, tekadnya untuk wirausaha sudah cukup bulat. Jatuh bangun, ia lalui hingga usahanya bertahan selama dua dekade.“Apabila kita melakukan sesuatu itu gagal, tugas kita hanya satu. Yaitu memulainya lagi dengan cara yang lebih cerdas. Itu saja,” ujarnya.Karena kata-kata mutiara tersebut selalu melekat di pikirannya, Bowo mampu melewati berbagai rintangan. Ia berkali-kali mengalami kegagalan, namun ia terus belajar.“Dalam usaha lele ini, saya gagal tiga kali. Kemudian saya belajar ke orang-orang yang lebih pintar dalam usaha budidaya lele ini. Barulah yang usaha saya yang keempat, mulai berhasil hingga terus berlanjut sampai sekarang,” lanjutnya.<figure class="media"><oembed url="https://www.youtube.com/watch?v=RS5AcoM_q4M&amp;t=58s"></oembed></figure>Kini usaha budidaya lele milik Bowo terus berkembang. Bahkan dalam sebulan, kolam-kolamnya mampu memanen hingga 8 ton untuk menyuplai kebutuhan pasar di Yogyakarta dan sekitarnya.Apalagi saat ini kebutuhan lele di Yogyakarta belum bisa dipenuhi petani lokal. Para petani lele lokal baru bisa memenuhi 40-60 persen kebutuhan pasar di Yogyakarta dengan harga di lingkup petani berada di kisaran Rp17 ribu per kilogram.Meski terlihat sepele, budidaya lele ternyata membutuhkan konsistensi dan keseriusan yang tinggi. Bowo pun memberikan pesan kepada para pembudidaya pemula.“Buat yang ingin belajar budidaya lele, kuasai dulu ilmunya. Caranya dengan belajar ke farm-farm yang sudah berpengalaman. Yang pasti harus senang dulu dengan lele, jadi jangan hanya tergiur pada keuntungan. Kalau hanya mengejar keuntungan, biasanya lebih banyak gagalnya,” pesannya. (*)

Tri Wibowo sedang memberikan pelet (pakan lele) di kolam bundar miliknya, Selasa (3/8/2021).

Ternak Lele Tri Wibowo.jpg

Bowo memang dikenal sebagai pembudidaya lele, khususnya untuk pembenihan dan pembesaran. Meski demikian, ia juga melayani instalasi kolam terpal bundar, kemitraan, hingga edukasi. Usahanya yang dirintis sejak 20 tahun silam itu diberi nama Omah Lele Catfish Farm.

Tinggalkan Perusahaan Multinasional, Tri Wibowo Sukses Kembangkan Budidaya Lele di Kolam Bundar