YOGYAKARTA-Pandemi COVID-19 telah membuat sebagian besar usaha ambruk. Bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar atau merumahkan karyawannya.
Namun situasi suram tersebut tidak dialami Ceraproduction, sebuah perusahaan merchandise yang berbasis di Yogyakarta. Mereka justru mampu mengepakkan sayap usahanya dengan mengubah model model bisnis.
Founder Ceraproduction Rizal Kasim menjelaskan pandemi COVID-19 membuatnya harus memutar otak. Pasalnya ada ratusan karyawan yang menggantungkan nasib pada perusahaannya tersebut. Alhasil, dua minggu minggu sejak pandemi menyerang, Rizal mampu menemukan solusi.
&ldquo;Dalam dua minggu, kami mengubah model bisnis dari perusahaan merchandise menjadi perusahaan distribusi karena penjualan merchandise merosot tajam. Tapi kami melihat banyak peluang yang dibutuhkan orang saat pandemi. Karena itu, kami kemudian menjual masker, hand sanitizer, hingga sepatu safety,&rdquo; ujarnya saat menjadi pembicara webinar bertajuk Explore Super Young beberapa waktu lalu.
Keputusan Rizal dan timnya terbukti sangat tepat. Dalam hitungan bulan, perusahaannya mampu meraup omset berlipat sekaligus terhindar dari dampak pandemi COVID-19. Bahkan Ceraproduction terus membuka cabang di berbagai daerah.
Menurut Rizal, membuka bisnis baru dan segmen baru merupakan pilihan terakhir dalam berbisnis. Pasalnya, hal tersebut merupakan resiko terbesar dalam bisnis.
&ldquo;Keputusan untuk mengubah model bisnis merupakan pilihan paling sulit dan paling riskan. Tetapi keberanian dan insting kadang dibutuhkan dalam berbisnis,&rdquo; tandasnya.
Bisnis Bisa Dimulai dari Komunitas
Rizal Kasim, founder Ceraproduction yang menjadi pembicara utama dari Webinar bertajuk Explore Super Young menyebut bisnis bisa dibangun dari komunitas. Menurutnya, komunitas bisa melakukan apa pun, baik untuk belajar maupun komersialisasi.
&ldquo;Yang penting clear, harus dipisahkan antara aktivitas komunitas dan bisnis. Jadi aktivitas komunitas tetap berjalan, sementara harus ada orang-orang yang kompeten dari aspek usaha sehingga keduanya juga tetap bisa berjalan dan tidak tumpeng tindih,&rdquo; ujar Peraih The Marketeers Youth Starup Icon Indonesia dari Marketeers Indonesia tahun 2013 dan Creative Entreprenur dari Bank Mandiri tahun 2016 itu.
Rizal menambahkan komunitas harus diajak melayani pasar yang lebih besar. Dengan demikian, pangsa pasar usaha tersebut tidak berhenti di komunitas saja.
&ldquo;Bisnis itu harus bisa membantu menyelesaikan masalah orang. Karena kalau tidak, maka bisnis tidask akan bertahan lama. Karena itu banyak yang bisa digali oleh komunitas, untuk membantu menyelesaikan problem mereka. Karena itu, komunitas harus dikembangkan dengan melihat potensi di luar sana,&rdquo; tutup Rizal. (*)

Ubah Model Bisnis, Perusahaan Asal Jogja Hasilkan Keuntungan Berlipat di Masa Pandemi

YOGYAKARTA-Pandemi COVID-19 telah membuat sebagian besar usaha ambruk. Bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar atau merumahkan karyawannya.