Selama ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Pepatah ini tepat untuk menggambarkan PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk atau yang biasa disingkat OPMS. Sebagai perusahaan pionir besi scrap kapal bekas, PT Optima Prima Metal Sinergi mampu menghadirkan sebuah gebrakan.
Meski tergolong perusahaan &ldquo;kecil&rdquo;, OPMS berani untuk mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 September 2019. Dengan melantai di bursa saham, perusahaan yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur ini akan mengantongi dana segar 54 miliar rupiah. Jumlah yang cukup fantasatis untuk sebuah perusahaan yang fokus pada bisnis pemotongan kapal bekas untuk dijadikan besi scrap ini.
Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk, Meilyna Widjaja mengatakan, IPO ini menjadi upaya perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan memperkuat modal kerja yang akan digunakan untuk membeli kapal bekas yang akan dijadikan besi scrap.
&ldquo;Kami bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat untuk melantainya OPMS di bursa pada hari ini. Dengan kucuran dana segar yang diperoleh dari publik melalui mekanisme IPO ini berarti dapat semakin memperkuat fundamental bisnis perseroan dalam menyediakan bahan mentah besi baja berkualitas,&rdquo; ujar Meilyna saat listing day di BEI Jakarta, Senin (23/9).
PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS), yang merupakan perusahaan pionir besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia hadir sejak 2012. Pada awalnya perusahaan ini bernama PT Asian Prima Indosteel yang fokus pada bisnis peleburan besi tua. Seiring dengan tantangan peningkatan kebutuhan besi baja tiap tahunnya sebagai bahan baku produk, PT Asian Prima Indosteel bertransformasi menjadi PT Optima Prima Metal Sinergi pada Januari 2019. Selanjutnya perusahaan ini fokus pada penjualan besi scrap dari hasil pemotongan kapal bekas.
Direktur Keuangan OPMS Alan Priyambodo Krisnamurti mengatakan bertumbuhnya industry manufaktur dan infrastruktur akan mendorong peningkatan kebutuhan besi dan baja sehingga kebutuhan besi scrap juga akan ikut naik dengan sendirinya. &ldquo;Kehadiran OPMS sebagai perusahaan besi scrap dari kapal bekas akan memberikan bahan mentah besi baja yang jauh lebih efisien dan berkualitas. Oleh sebab itu, OPMS juga membantu pemerintah dalam mengurangi bahan baku impor sehingga meningkatkan industry dalam negeri,&rdquo; ungkap Alan.
Sepanjang tahun 2019 ini, perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 3 miliar untuk membeli 8-10 kapal bekas dan menargetkan mampu menjual 24 ribu ton besi scrap hasil pemotongan dari kapal-kapal bekas. Setelah IPO, pada tahun 2020 perseroan menargetkan bisa membeli 12-15 kapal bekas dengan bobot 1.000-10.000 deadweight tonnage (DWT). Kapal-kapal bekas yang menjadi target merupakan kapal yang melebihi usia operasional dan tidak bisa diasuransikan lagi, yakni kapal berusia di atas 25 tahun.
Saat ini, industri peleburan besi baja di Indonesia terpusat di wilayah Pulau Jawa dengan total kapasitas sebesar 12 juta ton. Untuk area Jawa Timur saja terdapat 12 perusahaan peleburan dengan total kapasitas sebesar 2,4 juta ton.
&nbsp;
&nbsp;

Wow, Perusahaan Besi Scrap Mampu Melantai di Bursa Saham